Di Kabupaten Tegal usia program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan sudah 12 tahun, startnya mulai tahun 1999 hingga sekarang, mulai dengan nama program pengembangan kecamatan (PPK), PPK PNPM dan sekarang PNPM Mandiri Perdesaan. Usia tersebut secara fisik sudah
banyak memberikan perubahan berarti untuk masyarakat Kabupaten Tegal karena sudah dapat membantu mulai dari fisik jalan hingga bangunan pendidikan dan kesehatan seperti sekolah, puskesmas dll.
Berangkat dari pendapat spesialis training PNPM Mandiri Perdesaan Jawa Tengah Abu Muchsin yang menyatakan bantuan untuk sarana prasarana berdampak pada masyarakat miskin agak panjang atau tidak dirasakan langsung, maka pelaku PNPM Mandiri Perdesaan di semua tingkatan harus mulai menggagas untuk banyak berpihak pada usulan pelatihan yang esensinya berpihak pada masyarakat miskin. Pasalnya banyak kemanfaatan lebih yang bisa diharapkan dengan pelatihan.
Pertama, pelatihan banyak langsung berhubungan dengan masyarakat miskin, tentunya memang diutamakan bagi rumah tangga miskin (RTM), ini akan sesuai dengan prinsip PNPM Mandiri. Berbeda dengan pengaspalan jalan misalnya, dari segi kemanfaatan memang akan memudahkan transportasi, namun yang banyak menikmatinya secara langsung justru pemilik kendaraan roda dua dan roda empat, memang ada dampak bagi orang miskin tetapi tidak secara langsung.
banyak memberikan perubahan berarti untuk masyarakat Kabupaten Tegal karena sudah dapat membantu mulai dari fisik jalan hingga bangunan pendidikan dan kesehatan seperti sekolah, puskesmas dll.
Berangkat dari pendapat spesialis training PNPM Mandiri Perdesaan Jawa Tengah Abu Muchsin yang menyatakan bantuan untuk sarana prasarana berdampak pada masyarakat miskin agak panjang atau tidak dirasakan langsung, maka pelaku PNPM Mandiri Perdesaan di semua tingkatan harus mulai menggagas untuk banyak berpihak pada usulan pelatihan yang esensinya berpihak pada masyarakat miskin. Pasalnya banyak kemanfaatan lebih yang bisa diharapkan dengan pelatihan.
Pertama, pelatihan banyak langsung berhubungan dengan masyarakat miskin, tentunya memang diutamakan bagi rumah tangga miskin (RTM), ini akan sesuai dengan prinsip PNPM Mandiri. Berbeda dengan pengaspalan jalan misalnya, dari segi kemanfaatan memang akan memudahkan transportasi, namun yang banyak menikmatinya secara langsung justru pemilik kendaraan roda dua dan roda empat, memang ada dampak bagi orang miskin tetapi tidak secara langsung.
Kedua, pelatihan memberikan bekal keterampilan, ini terjadi mulai dari orang yang tidak memiliki keterampilan tertentu menjadi punya. Dengan keterampilan yang diberikan diharapkan akan dapat meningkatkan penghasilan ekonomi orang miskin.
Ketiga, membuka lowongan kerja baru, ini akan terlihat lebih kentara, bila peserta pelatihan dapat mengamalkan pengetahuan dan keterampilannya setelah selesai mengikuti pelatihan. Misal yang mengikuti pelatihan montir maka akan dapat membuka bengkel dll.
Ini baru sebagian kecil dari manfaat pelatihan, karena sebenarnya masih banyak manfaat yang dapat kita gali dari kegiatan pelatihan.
Disamping memiliki kelebihan, pelatihan juga memiliki kekurangan. Namun tinggal bagaimana semua pelaku mau menyikapinya agar kekurangan itu bisa diminimalisir, semuanya demi azas PNPM Mandiri Perdesaan keberpihakan kepada masyarakat miskin.
Meskipun belum ada aturan detail dalam upaya pemeliharaan kegiatan pelatihan, namun tidak ada salahnya kalau kelompok yang sudah dilatih ini dipotensikan untuk menjadi kelompok usaha yang klimaksnya bisa dijadikan badan usaha milik desa (BUMDes) untuk mengurangi angka kemiskinan.
Boleh tidak boleh, mau tidak mau, semua pelaku untuk mulai mengidolakan program pelatihan demi upaya mengentaskan orang-orang yang berada di bawah garis kemiskinan.